Mengatur Keuangan Ala Keluarga Milenial -->

YAITU LOGO2 DAN BANNER

Mengatur Keuangan Ala Keluarga Milenial

Monday, 12 August 2019
Ilustrasi/Foto: Muhammad Ridho

Jakarta - Mengatur keuangan keluarga ternyata memang tak mudah. Masih seringnya kita mendengar cerita tentang munculnya kebutuhan biaya di luar dugaan yang kemudian membuat anggaran belanja seseorang menjadi besar pasak daripada tiang, seolah makin menegaskan hal tersebut. Jangankan buat menabung, untuk memenuhi rutinitas bulanan saja rasanya ngos-ngosan. Kejadian ini seperti sedang lari estafet namun tak kunjung menemukan garis finisnya.

Salah satu permasalahannya boleh jadi karena pengelolaannya kurang tepat. Yaitu karena ada berbagai pos pengeluaran yang belum terdata atau alokasi dananya terlalu minim di pos tertentu dan terlalu berlebihan di pos yang lain.

Lalu bagaimana dengan pengelolaan keuangan pada generasi milenial? Sebelum membahasnya, perlu kita pahami dahulu siapa mereka ini. Mereka yang sering disebut milenial adalah yang lahir di antara tahun 1980 sampai tahun 2000. Karena mereka lahir pada zaman di mana infrastruktur dan teknologi jauh lebih modern, pola pikir dan tingkah laku kaum milenial pun menjadi sangat berbeda dibanding dengan generasi pendahulu yang sering disebut gen X, yaitu yang lahir antara tahun 1960 sampai sekitar tahun 1980. Bukan sekedar persepsi dan aspirasi karier yang berbeda, hard skill dan soft skill generasi milenial pun diakui sangat unik dan lebih beragam.

Salah satu karakteristiknya adalah lebih senang mengembangkan bisnis sendiri alias berwirausaha dibandingkan bekerja kantoran yang menjadikan kaum milenial lebih fleksibel untuk terbiasa bekerja di mana saja. Sehingga dalam membelanjakan penghasilan yang didapatkannya pun jauh berbeda dengan generasi pendahulunya yang cenderung konservatif dalam membelanjakan uangnya.

Sebagian besar generasi milenial khususnya mereka yang berusia di bawah 30 tahun, biasanya sangat konsumtif. Hal ini disebabkan karena teknologi internet sudah sangat melekat dalam kehidupannya, yang tak hanya digunakan untuk komunikasi atau mengkonsumsi konten, namun juga untuk melakukan transaksi jual beli.

Dengan masuknya dunia digital ke generasi milenial yang menghilangkan berbagai hambatan serta batasan untuk berkomunikasi atau bertransaksi secara fisik, sehingga dampak positifnya adalah pertemanannya pun menjadi lebih luas selain pergerakan milenial menjadi sangat cepat.

Namun pada sisi lain, efek negatifnya muncul ketika ia memiliki teman-teman yang dianggap 'keren' yang kemudian menjadi pusat pengaruh (influencer) bagi diri dan follower lainnya, yang pada akhirnya membuat sang influencer tersebut 'berhasil' mempengaruhi teman-temannya untuk mengikutinya memiliki penampilan yang senada meskipun aslinya tak dibutuhkan.

Nah, permasalahan sebenarnya baru muncul saat seseorang mulai terdorong untuk memiliki barang yang seharusnya tak ia perlukan tersebut namun justru ikut-ikutan membelinya.

Maka, untuk mengetahui cara mengatur keuangan keluarga milenial agar tidak boros serta mendapatkan kunci sukses dalam mengatur keuangan keluarganya, mari simak langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Membuat daftar belanja bulanan dalam 4 kelompok besar, yaitu:
a. Keinginan rutin
b. Keinginan tidak rutin
c. Kebutuhan rutin
d. Kebutuhan tidak rutin

2. Menentukan anggaran belanja kebutuhan menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Kebutuhan dasar pribadi/keluarga
b. Pos anggaran sosial
c. Pos anggaran investasi

3. Membuat daftar skala Prioritas Pembelanjaan bersama pasangan (bila sudah menikah) dimulai dari yang paling tinggi skala prioritasnya hingga yang paling rendah.

Lantas, bagaimana langkah-langkah riilnya agar metode ini tetap relevan bahkan dilakukan oleh siapapun? Mari perhatikan contoh berikut ini tahap demi tahap agar pada akhirnya nanti, tujuan keuangan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai tepat waktu. Kita akan bahas dengan contoh kasus Pak Firman di artikel berikutnya, jangan ke mana-mana.

News Feed

Share :
Bagikan berita ini ke yang lain
close