![]() |
Menghadap kiblat menjadi salah satu syarat shalat. Tak sedikit cara
agar dapat menghadap Ka’bah sebagai kiblat umat Islam dengan tepat.
Salah satunya yang paling mudah diterapkan secara alami oleh Muslim di
Indonesia adalah saat matahari tepat di atas Ka’bah yang terjadi pada
hari ini, Senin (15/7) dan Selasa (16/7) pada pukul 16.27 WIB.
Pengurus
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) Ma'rufin
Sudibyo menjelaskan bahwa matahari mengalami gerak semu tahunan, yakni
gerak seolah-olah matahari dalam satu tahun Miladiyah seiring pergerakan
Bumi mengelilingi matahari yang ditunjang juga oleh miringnya sumbu
rotasi bumi.
“Gerak semu tahunan itu akan
nampak jelas bilamana kita catat kedudukan matahari, yakni tinggi dan
azimutnya setiap hari pada jam yang sama, misalnya jam 10 WIB, lalu
digambarkan dalam peta langit. Dari situ akan terlihat kedudukan
matahari yang berubah-ubah dari utara ke selatan dan sebaliknya yang
membentuk kurva analemma,” katanya kepada NU Online pada Senin (15/7).
Akibat
gerak semu tahunannya, jelasnya, maka dapat diperkirakan tiap tanggal
27 atau 28 Mei serta tiap tanggal 15 atau 16 Juli setiap tahun Miladiyah
akan terjadi situasi dimana deklinasi matahari (yakni +21º 25') akan
tepat senilai dengan lintang Ka'bah (yakni 21º 25' LU). Maka pada saat
istiwa' di Makkah terjadi, matahari akan tepat menempati titik zenith
Ka'bah.
Ma’rufin menjelaskan bahwa saat
matahari berkedudukan tepat di atas Ka'bah, maka setiap benda apapun
yang terpasang tegak lurus permukaan air rata-rata di Ka'bah, sementara
di kota Makkah secara umum akan kehilangan bayangannya selama istiwa'
terjadi.
“Sebaliknya setiap benda yang sama
namun berlokasi di tempat lain yang berjarak sangat jauh dari Ka'bah
(misalnya 1.000 km atau lebih) akan memiliki bayang-bayang benda dengan
arah tepat sejajar terhadap arah ke Ka'bah. Inilah yang mendasari rashdul qiblat,” ungkap astronom asal Kebumen, Jawa Tengah itu.
Lebih
lanjut, Ma’rufin mengungkapkan bahwa secara teoritis, dengan matahari
merupakan benda langit berbentuk cakram yang diameternya 0,5º maka untuk
bulan Juli 2019 ini rashdul qiblat sebenarnya terjadi selama empat hari
berturut-turut, yakni mulai Ahad hingga Rabu, 14 - 17 Juli 2019. Jamnya
tetap sama, yakni pukul 12:27 waktu Saudi Arabia atau 16:27 WIB.
Sebab,
jelasnya, sebagai cakram bercahaya, maka berkas sinar matahari yang
tiba di bumi tak dapat dibedakan apakah berasal dari pusat cakram
ataupun tepian cakram yang terlihat dari bumi. Maka, lanjutnya, frasa
matahari di atas Ka'bah adalah saat segenap bagian atau bagian-bagian
cakram matahari berimpit dengan titik zenit Ka'bah. “Dan itu terjadi
pada Ahad hingga Rabu, 14 hingga 17 Juli 2019,” jelasnya. (Syakir NFAbdulllah Alawi)