10 Fakta Persaingan GoPay, Ovo, LinkAja, dan Dana cs -->

YAITU LOGO2 DAN BANNER

10 Fakta Persaingan GoPay, Ovo, LinkAja, dan Dana cs

Thursday, 15 August 2019
Ilustrasi dompet digital oleh Mindra Purnomo/detikcom

Jakarta - Sebagian besar konsumen di perkotaan kini terbiasa menggunakan dompet digital. Kebiasaan bertransaksi secara cashless alias non tunai ini juga mulai ditularkan ke konsumen di pedesaan dan usaha skala kecil dan menengah.

Tak heran, hal ini ikut mendorong pertumbuhan layanan mobile payment. Mengutip riset terbaru iPrice, layanan mobile payment semakin populer seiring meningkatnya pemakaian smartphone hingga 70% dalam lima tahun terakhir di Indonesia. Terlebih, semakin banyak pilihan aplikasi e-wallet atau dompet digital tanpa kartu untuk bertransaksi.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia, sudah ada 38 layanan e-wallet yang mendapatkan lisensi resmi. Pada 2018, transaksi e-wallet di Indonesia mencapai angka USD 1,5 miliar dan diprediksi akan meningkat menjadi USD 25 miliar pada 2023.
Siapakah e-wallet paling popular di Indonesia? iPrice Group berkolaborasi dengan perusahaan analisis data App Annie, merangkumkan 10 fakta mengenai aplikasi dompet digital paling populer Indonesia, sebagai berikut.


1. e-Wallet lokal masih mendominasi


Banyaknya pemain lokal di industri fintech Indonesia menjadikan aplikasi e-wallet lokal masih menjadi primadona untuk solusi cashless di Indonesia.

Berdasarkan data Q2 2019 dari App Annie, 5 besar aplikasi e-wallet dengan pengguna aktif bulanan terbanyak masih diduduki oleh pemain lokal yaitu GoPay, Ovo, Dana, LinkAja dan Jenius.

Sama halnya dengan jumlah download aplikasi, e-wallet lokal berhasil menduduki peringkat 5 teratas dengan GoPay di urutan pertama, Ovo di posisi kedua, diikuti Dana di peringkat ketiga, LinkAja peringkat keempat dan iSaku urutan kelima.


2. e-Wallet milik perusahaan berbasis internet meningkat 50%

Aplikasi e-wallet milik perusahaan berbasis internet meningkat 50% dari Q4 2017 hingga Q2 2019. Tercatat ada 4 perusahaan berbasis internet dari total 10 aplikasi e-wallet di kuartal ini, yaitu GoJek, Dana, Paytren dan Doku.

Penggolongan ini disiarkan pada laporan ASEAN Mobile Payment 2019 oleh Nomura. Peningkatan produk e-wallet merupakan dorongan dari OJK (Otoritas Jasa keuangan) dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi di Indonesia.

Potensi perkembangan aplikasi e-wallet juga diprediksi akan semakin gemilang mengingat bonus demografi Indonesia pada 2030, penduduk usia produktif akan lebih besar.

Mengutip riset Jakpat bekerja sama dengan DailySocial, sebanyak 74,6% pengguna aplikasi e-wallet adalah konsumen usia produktif di rentang 20-35 tahun.


3. e-Wallet milik bank banyak dipakai

Aplikasi e-wallet hasil produk bank memiliki banyak pengguna aktif bulanan di Indonesia. Kebanyakan e-wallet ini terkoneksi dengan akun rekening pengguna di masing-masing bank terkait.

Ada 4 produk aplikasi e-wallet milik bank dari keseluruhan aplikasi e-wallet yang aktif di kuartal keempat tahun 2017. Masing-masing bank itu yakni Bank CIMB Niaga dengan produk Go Mobile, BTPN dengan Jenius, BCA dengan Sakuku dan Mega Mobile milik Bank Mega.

Pada Q2 tahun 2019 ini, 4 aplikasi e-wallet milik bank berada di peringkat 10 besar dengan pengguna aktif bulanan terbanyak. 'Pemain lama' tetap eksis, yaitu Jenius, Go Mobile dan Sakuku.

Pemain lainnya adalah Mega Mobile milik Bank Mega, yang berhasil masuk daftar 10 besar aplikasi e-wallet dengan pengguna aktif bulanan terbanyak pada periode Q4 2017 hingga Q2 2018.

Persaingan GoPay, Ovo, Dana dan LinkAja, Siapa Juaranya? Foto: Rengga Sancaya

4. GoPay punya pengguna aktif bulanan terbanyak

GoPay sebagai salah produk dari startup decacorn pertama di Indonesia GoJek, menjadi aplikasi e-wallet dengan pengguna aktif terbanyak di Indonesia.

Walaupun aplikasi GoJek tidak digolongkan dalam aplikasi finance di App Annie, menurut informasi dari Medium, 30% dari total transaksi uang elektronik di Indonesia berasal dari GoPay.

Februari 2019, GoPay berhasil menyentuh angka transaksi sebesar USD 6,3 miliar dengan total 70% didapatkan dari transaksi GoJek menggunakan GoPay sebagai metode pembayaran.

GoPay juga jadi metode pembayaran utama dari GoFood, yang juga jadi layanan pengantar makanan terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, mengutip Daily Social, GoPay juga resmi menjadi salah opsi pembayaran yang tersedia di Google Play setelah realisasi investasi yang diluncurkan Google ke GoJek awal tahun lalu.


5. Dana stabil di posisi 5 besar

Dana sebagai pendatang baru aplikasi e-wallet di Indonesia langsung menunjukan kegigihannya untuk menjadi pioneer aplikasi e-wallet di Indonesia.

Pertama kali hadir di Indonesia pada 2018, Dana langsung memperkenalkan layanan berbasis open platform. Berdasarkan data riset iPrice Group, Dana memiliki pengguna aktif bulanan yang relatif stabil sejak Q4 2018 hingga Q2 2019.

Dana berhasil naik satu peringkat di kuartal 2 di 2019, menggantikan LinkAja di posisi ketiga. Namun hal berbeda terjadi pada jumlah download aplikasi, Dana turun satu peringkat ke posisi 3 digantikan oleh Ovo pada periode yang sama.

Layanan e-wallet hasil kerjasama Emtek group dan Ant Financial ini juga jadi e-wallet resmi yang bisa digunakan untuk transaksi di e-commerce
Bukalapak melalui BukaDompet.


6. Peringkat pengguna OVO terus meningkat

Ovo berhasil menduduki peringkat kedua berdasarkan jumlah download aplikasi di Q2 2019. Aplikasi e-wallet milik Lippo Group ini bisa digunakan sebagai metode pembayaran untuk transaksi offline di Matahari Department Store dan merchant-merchant di Lippo Mall.

Untuk transportasi, Ovo jadi metode pembayaran di Grab Indonesia. Tak cukup sampai di situ, Ovo kemudian melebarkan kerja sama dengan menggandeng e-commerce unicorn Indonesia, Tokopedia dengan Ovo Cash.

Menggandeng Tokopedia rupanya menjadi keputusan tepat bagi Ovo karena sukses meningkatkan jumlah pengguna Ovo di Indonesia. Berdasarkan data Map of Ecommerce Indonesia Q1 2019, Tokopedia menduduki peringkat pertama di platform iOS dan Android.

Jika melihat grafik perkembangan Ovo, jumlah download aplikasi menurun dari peringkat ke-2 ke peringkat ke-3 di Q1 2018. Tapi untuk pengguna aktif bulanan, Ovo mengalami peningkatan naik satu peringkat di Q1 2018 mengalahkan LinkAja.

Peningkatan jumlah pengguna juga terjadi melalui kerja sama Ovo dengan Lion Air Group. Kolaborasi ini memberi keuntungan tambahan pada pelanggan Ovo dengan mendapatkan loyalty points 20.000 setara Rp 20.000 setiap menggunakan maskapai penerbangan Wings Air, Batik Air dan Lion Air.
Persaingan GoPay, Ovo, Dana dan LinkAja, Siapa Juaranya? Foto: dok. LinkAja

7. LinkAja melebarkan sayap

LinkAja adalah aplikasi e-wallet gabungan berbagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu T-Cash milik Telkomsel, Mandiri e-cash milik Bank Mandiri, UnikQu milik BNI, T-Money milik Telkom dan T-Bank milik BRI.

Migrasi ini dimulai sejak 30 Juni 2019. Dan sejak itu, LinkAja resmi bersaing dengan GoPay dan Ovo yang sudah lebih dulu terjun di dunia fintech, dengan total 22 juta pengguna yang sudah terdaftar.

Grafik pengguna aktif bulanan LinkAja terlihat stabil meskipun terjadi penggabungan beberapa aplikasi e-wallet dan e-money pada Q2 2019.

Riset iPrice memperlihatkan, LinkAja bertahan di posisi ketiga dari Q2 2018 hingga Q1 2019. Untuk data jumlah download aplikasi, terjadi penurunan pada Q4 2018. LinkAja yang saat itu masih dalam aplikasi T-Cash, turun dua peringkat disalip oleh Ovo dan Dana yang memang sedang gencar melakukan promosi cashback pada kuartal itu.

LinkAja kabarnya akan berkolaborasi dengan GoJek agar bisa digunakan sebagai alternatif pembayaran selain GoPay dalam aplikasi Go-Jek.


8. Cashback dan poin jadi promosi paling diminati

Penawaran instan cashback dan penambahan poin dengan menggunakan aplikasi e-wallet menjadi strategi pemasaran yang ampuh untuk menggaet pengguna dalam menggunakan aplikasi e-wallet sebagai salah satu metode pembayaran non tunai.

Cashback juga diklaim membantu meningkatkan penjualan merchants yang bekerja sama dengan aplikasi e-wallet tersebut. Cashback tidak bisa diuangkan, hanya bisa digunakan kembali dengan aplikasi e-wallet yang sama. Sama halnya dengan bonus poin bisa digunakan untuk mendapatkan potongan harga pada transaksi selanjutnya.


9. Ada 3 layanan utama di aplikasi e-wallet

Pembayaran ecommerce, transportasi umum dan retail fisik adalah tiga layanan utama yang dimiliki hampir semua aplikasi e-wallet.

Tim riset iPrice mengumpulkan data mengenai jenis servis yang diberikan dari 38 aplikasi e-wallet dan e-money yang tersedia di Indonesia. Analisis membuktikan, pembayaran retail offline merupakan layanan yang paling banyak diberikan oleh aplikasi e-wallet di Indonesia.

Mengutip laporan 'Nomura ASEAN Internet: Opening up the Mobile Wallet', GoPay punya 10 tipe layanan yaitu pengantar makanan, transportasi publik, pembelian tiket bioskop, pembayaran e-commerce, pembayaran layanan logistik, P2P (peer to peer), pengisian pulsa, pembayaran tagihan bulanan dan penarikan tunai.

LinkAja memiliki 9 variasi tipe layanan hampir sama seperti GoPay, hanya saja tidak memiliki akses untuk pembayaran ride hailing. Sementara, Paytren punya 8 tipe layanan. Dana dan Ovo berada di peringkat yang sama yang menyediakan 7 tipe layanan aplikasi e-wallet yang bisa digunakan di Indonesia. Perbedaanya, Dana bisa digunakan untuk pembayaran pada aplikasi gaming sedangkan Ovo unggul dengan kemitraannya bersama Grab Indonesia untuk pembayaran transportasi.

Persaingan GoPay, Ovo, Dana dan LinkAja, Siapa Juaranya? Foto: Danang Sugianto/detikcom

10. QR pay paling banyak dipakai


QR pay atau Quick Response Code (QRC) menjadi metode pembayaran paling banyak dipakai di aplikasi e-wallet. Ada 19 aplikasi e-wallet yang terdaftar menggunakn metode ini sebagai opsi pembayaran.

Mei 2019, pemerintah Indonesia mengeluarkan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) sebagai salah satu standarisasi upaya peningkatan pembayaran non tunai di Indonesia.

Pembayaran via QR code juga dijadikan sebagai solusi untuk metode pembayaran pengganti kartu bagi 65 juta UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Indonesia.

News Feed

Share :
Bagikan berita ini ke yang lain
close