![]() |
Jakarta - Ada laporan bahwa sejumlah turis yang sedang mengunjungi China mendapati smartphone miliknya ditanam malware yang bisa melacak isi perangkat yang disusupinya.
Aplikasi yang dilaporkan bernama Fengcai itu, yang diunduh oleh petugas setempat ke ponsel pengunjung, memiliki dua fungsi utama. Pertama, ia dapat mengekstrak informasi personal sekaligus privat dari perangkat tersebut.
Laporan yang ditulis The Guardian, sebagaimana detikINET kutip pada Jumat (5/7/2019), menyatakan bahwa aplikasi itu bisa mengumpulkan pesan di dalam email, nomor di daftar kontak, pesan di SMS, akun media sosial, serta informasi detail mengenai perangkat tersebut, termasuk nomor IMEI-nya. Informasi-informasi tersebut kemudian dikirim ke server kantor petugas setempat.
Aplikasi yang dilaporkan bernama Fengcai itu, yang diunduh oleh petugas setempat ke ponsel pengunjung, memiliki dua fungsi utama. Pertama, ia dapat mengekstrak informasi personal sekaligus privat dari perangkat tersebut.
Laporan yang ditulis The Guardian, sebagaimana detikINET kutip pada Jumat (5/7/2019), menyatakan bahwa aplikasi itu bisa mengumpulkan pesan di dalam email, nomor di daftar kontak, pesan di SMS, akun media sosial, serta informasi detail mengenai perangkat tersebut, termasuk nomor IMEI-nya. Informasi-informasi tersebut kemudian dikirim ke server kantor petugas setempat.
Sedangkan fungsi yang kedua adalah, ia bisa mencari file-file yang dianggap mencurigakan. Fengcai disebut dapat mencari lebih dari 73 ribu file yang dianggap mencurigakan di dalam ponsel pengguna. Bentuknya pun beragam, mulai dari gambar, dokumen, hingga MP3.
Salah satu yang tergolong file mencurigakan adalah majalah-majalah seperti Dabiq dan Inspire. Itu merupakan majalah propaganda buatan ISIS dan Al-Qaida.
Berikut file-file lain yang dianggap mencurigakan bagi petugas China:
- Tulisan-tulisan dan foto Dalai Lama
- Tulisan mengenai sejarah dan kultur dari Xinjiang
- Potongan ayat dan rekaman pembacaan Alquran
- Musik buatan band metal Jepang bernama Unholy Grave
Salah satu yang tergolong file mencurigakan adalah majalah-majalah seperti Dabiq dan Inspire. Itu merupakan majalah propaganda buatan ISIS dan Al-Qaida.
Berikut file-file lain yang dianggap mencurigakan bagi petugas China:
- Tulisan-tulisan dan foto Dalai Lama
- Tulisan mengenai sejarah dan kultur dari Xinjiang
- Potongan ayat dan rekaman pembacaan Alquran
- Musik buatan band metal Jepang bernama Unholy Grave
Fiberhome Networks, perusahaan jaringan yang berafiliasi dengan pemerintah China, menjadi sosok di balik pembuatan software tersebut. Disebutkan juga bahwa kebijakan ini berlaku ketika pengunjung ingin melewati perbatasan antara Xinjiang dengan Kirgistan.
Xinjiang sendiri merupakan tempat pemerintah China mengawasi lebih dari satu juta penduduk yang mayoritasnya adalah kaum muslim Uyghur. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghindari aktivitas terorisme.
Lantas, mengapa perbatasan antara Xinjiang dan Kirgistan yang memberlakukan peraturan ini? Pemerintah China sempat mengatakan bahwa sejumlah kelompok teroris menjadikan Asia Tengah sebagai basis untuk melancarkan serangan ke Negeri Tirai Bambu.
Di atas kertas, seharusnya petugas perbatasan menghapus aplikasi tersebut dari perangkat turis. Sayangnya, pada praktiknya, kelalaian petugas membuat software tersebut masih tertanam di sejumlah ponsel turis dan kemudian menyadari keberadaan aplikasi tersebut.
Pengalaman ini kabarnya dialami oleh sejumlah jurnalis di beberapa media asing, meliputi The New York Times, The Guardian, Motherboard, dan NDR. Bahkan, beberapa pemegang paspor China pun juga dilaporkan mendapati ponsel mereka disusupi malware itu.